KH. ISMAEL HASSAN SH.,
AYAHANDA DAN GURUKU.

Kepergian
Buya menghadap Khaliknya terasa mengharukan, disaat terakhir berhentinya denyut
jantung Buya, mengakhiri waktu kehidupan alam dunia yang telah ditentukan oleh
Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, Buya wafat dihadapan isteri, anak, cucu dan
sahabat serta orangtua dan murid yang beliau cintai, Buya berpulang menghadap
Yang Maha Pencipta dengan memperlihatkan wajah yang jernih dan teduh seteduh
wajah Buya saat mengunjungi orang-orang yang Buya cintai. Buya menghembuskan nafas
terakhir dihadapan keluarga dan sahabat, baik dari kalangan umum maupun
pendidikan yang pada akhir kehidupan merupakan tempat menghabiskan waktu kesehariannya.
Buya KH. Ismael Hassan SH., menderita sakit penyempitan arteri pada kedua
kakinya sejak tahun 2006, namun semua tidaklah banyak diketahui keluarga dan
sahabatnya, Buya masih tetap menjalankan aktifitas keseharian dengan amanah,
sampai waktunya di pagi hari saat menjelang adzan shubuh berkumandang tanggal
13 Februari 2013 beliau masuk kamar operasi dan sekitar jam 06.00 pagi Buya
keluar kamar operasi dengan mengucapkan syukur kepada Illahi Rabbi dan memberikan
senyum teduhnya, kemudian memasuki ruang ICCU Rumah Sakit OMNI Pulomas.
Disaat matahari pagi memancarkan sinar tanggal 13 Februari 2013, segenap
keluarga dan sahabat mulai berkunjung menjenguk Buya untuk berjumpa dengan
orang yang mereka cintai, Buya tampak tegar menerima kedatangan tamunya bahkan
masih sempat memberikan beberapa wejangan sebagaimana layaknya Buya dikala
sehat, sampai saat setelah adzan dzuhur berkumandang kondisi Buya mulai
menurun, akhirnya beberapa saat setelah adzan isya berkumandang beliau
dipanggil menghadap Allah Tuhan Yang Maha Pencipta. InnalIllahi Wa inna Ilaihi
rojiun.
Perjalanan hidup Buya KH. Ismael Hassan SH., yang penuh suka dan duka telah
memberikan banyak arti untuk memahami dan merenungkan betapa perjalanan hidup
seseorang perlu diisi kebaikan dan manfaat bagi sesamanya. Buya telah banyak
memberikan contoh dan panutan yang baik, gambaran perjalanan hidup dari seorang
yang sederhana, pejuang kemerdekaan Negara Republik Indonesia, Pejuang
Pendidikan Berkarakter sampai menjadi
seorang Tokoh Nasional.

Buya KH. Ismael
Hassan SH. Dilahirkan tanggal 20 Juni 1926 Masehi, di suatu desa terpencil di kaki Gunung Kelabu Kanagarian Simpang
Tonang, Kecamatan Duo Koto, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Daerah yang
terletak dibelantara Rimba Panti, hutan rimbun dalam deretan Bukit Barisan
Sumatera, sekitar 130 km arah utara kota Bukittinggi.
Dirumah yang sederhana di dekat areal persawahan, dalam kehidupan yang
serba sederhana Buya dilahirkan dari orangtua Hasan Pinto Kari bin H. Moh. Nur
seorang Guru Mengaji dan juga merupakan Tukang Kayu didaerah itu, dengan ibunda
Siti Fatimah binti Tuangku Mudo seorang ibu yang sangat mencintai kehidupan
keluarga dan anak-anaknya, Buya merupakan anak ke-11 dari 12 bersaudara, 3
orang saudara Buya meninggal dunia saat masih balita.
Kesembilan saudara Buya terdiri dari 3 wanita dan 6 laki-laki, jumlah yang
sama dengan cucu langsung Buya 3 wanita dan 6 laki-laki. Adapun saudara Buya adalah,
Marahindi Hasan, Sjihabudin Hasan, Nursidah Hasan, Mohamad Arif Hasan, Abdul
Malik Hasan, Rohana Hasan, Abdul Muis Hasan, Ismael Hassan, Rakiyah Hasan, enam
orang diantaranya adalah berprofesi sebagai Guru Agama, saat ini seluruh
keluarga beliau telah berpulang kerahmatullah.
KH. Ismael Hassan SH, beliau biasa dipanggil dengan sebutan Papi, Ayahanda,
Kakek, Angku, Buya, bahkan Presiden Soeharto semasa hidupnya menyebut beliau
Pak Kiayi, telah menghadap keharibaan Allah Yang Maha Pencipta, pada tanggal 13
Februari 2013 jam 19.55 WIB (berdasarkan waktu kedokteran) di RS OMNI Pulomas,
dimakamkan keesokan harinya di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata tanggal
14 Februari 2013 jam 11.55 WIB.
KH. Ismael Hassan SH., wafat meninggalkan istri Hj. Anida Dahar binti H.M.
Dahar yang juga putri dari seorang Guru Agama dengan mempunyai 3 orang putra
dan 9 cucu, Buya dimakamkan dengan upacara militer, dimulai dari rumah duka
Jalan Pulomas Kayu Putih, Jakarta Timur, dishalatkan di Masjid Baabut Taubah
Pulomas, masjid yang awalnya adalah sumbangan Yayasan Amal Bhakti Muslim
Pancasila (YABMP) sebuah masjid ukuran terbesar yang pertama kali dibuat oleh
YABMP dan itupun bisa dibangun dengan upaya Buya yang bertemu langsung dengan
Ketua YABMP Presiden Soeharto kala itu.
Saat pelaksanaan shalat jenazah yang dihadiri keluarga dan sahabat beliau,
serta para siswa, guru dan orangtua murid dari Yayasan Pendidikan Attaubah
Pulomas, Al-Azhar Rawamangun, Nurul Iman Jatinegara dan pelayat lainnya yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, memenuhi areal Masjid Baabut Taubah
Pulomas, sambutan keluarga disampaikan oleh putra beliau Widya Sananda, dan
sambutan dari Bapak Eddy Ruchiyat Shoheh Ketua Pembina Yayasan Masjid Pulomas,
serta Bapak Hariry Hadi Ketua Pembina YPI dan Yayasan Al-Azhar.
Langit yang semula cerah saat pelaksanaan shalat jenazah Buya seketika
berubah mendung, setelah usai shalat dilakukan upacara penyerahan jasad Buya
sebagai pejuang kemerdekaan yang memperoleh Bintang Gerilya untuk diserahkan
kepada Negara guna dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Kalibata.
Saat terjadinya penyerahan jasad beliau yang diserahkan langsung oleh putra
kedua beliau Widya Sananda kepada Negara, turun hujan dengan deras seakan
mengiringi perpisahan Buya dengan masjid dan lokasi lembaga pendidikan
At-Taubah tempat terakhir Buya melakukan aktifitas kesehariannya, diantara
turunnya hujan jasad beliau dimasukan dalam mobil jenazah yang dilanjutkan
pemakamannya di Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Kalibata oleh TNI,
dikarenakan beliau merupakan pejuang Kemerdekaan pada wilayah Teritorial Front
Sumatera.
![]() |
(foto: alarmnewsapril-2013) |
Langit yang cerah tetapi tidak terlalu terik dengan disertai angin semilir
yang sangat kontras dengan saat penyerahan jenazah di Masjid Pulomas, telah
menyambut kedatangan jasad Buya KH. Ismael Hassan SH., di areal pemakaman TMPN
Kalibata dan saat dikeluarkan dan dijalankan dari mobil jenazah jasad Buya disambut
barisan siswa, Guru dan Orangtua murid Yayasan Asrama dan Pendidikan Islam (YAPI)
Al-Azhar Rawamangun, pada detik-detik
memasuki areal pemakaman dengan kondisi langit yang tidak terlalu terik
matahari bahkan suasana terasa sejuk, terdengar suara adzan Dzuhur dari Masjid
didekat TMPN Kalibata, yang tak sengaja mengiringi pemakaman jasad beliau,
terasa suasana khidmat dan sejuk sebagaimana keinginan beliau disaat menjelang
Allah Yang Maha Kuasa memerintah malaikat menjemputnya.
Allah Maha Besar dengan segala kehendakNya banyak keinginan Buya
dikabulkanNya, letak makam Buya KH. Ismael Hassan SH., dimakamkan persis
bersebelahan dengan makam H. Tarmizi Taher mantan Menteri Agama wafat satu hari
sebelum beliau, merupakan sahabat, rekan perjuangan dan juga merupakan Pembina
YPI Al-Azhar, serta beberapa sahabat perjuangan tampak dimakamkan disekitar
tempat pemakaman Buya.
Setelah jasad beliau dimakamkan Bapak A.M. Fatwa yang juga sahabat beliau
dalam sambutannya mengatakan “KH. Ismael Hassan SH., merupakan pejuang yang
tidak pernah menyerah, sebagai pejuang dalam kemerdekaan Negara Republik
Indonesia juga Pejuang Pendidikan, kita telah kehilangan putra terbaik yang
selalu amanah dalam melaksanakan tugas, arif dan bijaksana. Semoga Allah Yang
Maha Pemurah menjaga dan memberikan tempat terbaik kepada beliau dialam
kuburnya”.
KH. Ismael Hassan SH., telah wafat dan beliau diberikan tempat pemakaman
sesuai keinginan beliau, di pemakaman yang terjaga asri, depan taman, dekat
para sahabat dan dekat masjid yang selalu mengumandangkan adzan disaat
menjelang sholat.
![]() |
(foto: alarmnewsapril-2013) |
Selamat jalan Papi, Ayahanda, Kakek, Angku, Buya KH. Ismael Hassan SH.,
amal dan ajaran Buya telah memberikan banyak manfaat dalam kehidupan kami dan merupakan
contoh untuk dapat kami jadikan sebagai suri tauladan. Semoga Allah senantiasa
memberikan hidayahNya, melipatgandakan amal kebaikan dan amal karya bakti semasa
hidup Buya, menjadikan Buya termasuk golongan khusnul khatimah dan InsyaAllah
memperoleh rumah terbaik disyurga, Amin. InnalIllahi Wa inna Ilaihi rojiun.
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhaiNya, maka masuklah dalam
golongan hamba-hambaku, dan masuklah ke dalam syurgaKu” (Al-Fajr: 27-30)
WiNanda-13Feb2013
(dipostkan: ananda-widyas.blogspot)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar