Oleh: Agus
Bandriyati
Dunia
anak-anak adalah dunia bermain dan itu adalah hak
asasi mereka. Menjadi sebuah kekeliruan ketika tuntutan nilai
akademis mulai
menyampingkan
hak anak untuk bermain. Karena mesti memahami materi dengan serius yang
penyajiannya terkadang begitu membosankan.

Saat ini pendidikan anak usia SD (6-12 tahun), sudah mulai dibebani nilai akademis. Otak anak dipaksa untuk memahami materi pembelajaran yang dapat membuat anak terbebani dan dampaknya karakter anak yang seharusnya terbentuk dengan baik menjadi terabaikan. Yang terbentuk kemudian karakter untuk berkompetisi tanpa pandang bulu sehingga kurang memiliki RASA EMPATI yang merupakan Budaya Bangsa Indonesia.
Sebuah contoh PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR telah kami terapkan pada murid kelas 2C SD Islam
At-Taubah, yaitu dengan BELAJAR
DAN BERMAIN MELALUI
PERAN
SEBAGAI PENYAJI MAKANAN YANG SEDAP.
Materi
yang diberikan sambil bermain,
agar semua panca indera dan anggota tubuh anak akan terlibat. Sehingga ketika materi diulang kembali anak-anak tidak
hanya mengandalkan otak saja untuk mengingat materi sebelumnya. Namun semua
panca indera dan anggota tubuh yang terlibat saat materi diberikan seakan
menjadi pembantu otak dalam menyegarkan ingatan.

Anak diarahkan
untuk mulai
mengerjakan tugas yang diberikan secara rinci dan runtut: pertama
siapkan perlengkapan yang dibutuhkan di atas meja masing-masing kelompok,
kemudian kenakan celemek agar tidak mengotori pakaian yang digunakan, cuci
tangan sebelum melakukan praktek, siapkan piring plastik.
Secara perlahan anak diberikan bimbingan tentang disiplin dan kebersihan.
Anak mulai belajar dan bermain, dengan
meletakkan
di atas piring plastik tersebut telur mata sapi dengan menggunakan sumpit dan
dibantu oleh teman satu kelompok, dilanjutkan dengan meletakkan dua potong
sosis berbentuk lingkaran sebagai mata, kemudian irisan tomat yang berbentuk
setengah lingkaran letakkan pada bagian kiri dan kanan telur mata sapi tersebut
sebagai telinga.


Dari pembelajaran tersebut banyak karakter dan kompetensi yang akan dicapai oleh seorang anak, diantaranya; rasa ingin tahu, keberaniaan mencoba, taat pada peraturan, kerjasama, tertib dan selalu menjaga kebersihan, serta dapat memahami tentang bangun datar dari pembelajaran matematika tersebut.
BELAJAR
SAMBIL BERMAIN menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan tentu saja mereka tidak terbebani karena
pembelajaran jadi hal yang menyenangkan bagi mereka. Efek jangka panjangnya
anak-anak akan menjadi pembelajar yang baik. Kompetensi akan mudah dicapai
ketika otak tidak merasa terpaksa.

BELAJAR SAMBIL BERMAIN mampu mengasah disiplin, tanggung jawab, sportifitas, kepemimpinan, percaya diri dan keuletan serta menghargai proses pada anak-anak. Serta banyak karakter lain yang dapat dicapai. Jadi selain sisi akademisnya tercapai karakter-karakter anak mampu dibangun dengan baik. Hal ini akan menjadi bekal bagi masa depan anak. Banyak sudah orang-orang yang unggul karena karakter positif mereka, bukan unggul karena kecerdasan semata.
Ditulis
oleh: Agus Bandriyati – Guru SD
Islam At-Taubah, Pulomas, Jakarta Timur.