Rabu, 11 Juli 2012

BELAJAR SAMBIL BERMAIN


Oleh: Agus Bandriyati

Dunia anak-anak adalah dunia bermain dan itu adalah hak asasi mereka. Menjadi sebuah kekeliruan ketika tuntutan nilai akademis mulai menyampingkan hak anak untuk bermain. Karena mesti memahami materi dengan serius yang penyajiannya terkadang begitu membosankan.

Saat ini pendidikan anak usia SD (6-12 tahun), sudah mulai dibebani nilai akademis. Otak anak dipaksa untuk memahami materi pembelajaran yang dapat membuat anak terbebani dan dampaknya karakter anak yang seharusnya terbentuk dengan baik menjadi terabaikan. Yang terbentuk kemudian karakter untuk berkompetisi tanpa pandang bulu sehingga kurang  memiliki RASA EMPATI yang merupakan Budaya Bangsa Indonesia.

Sebuah contoh PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR telah kami terapkan pada murid kelas 2C SD Islam At-Taubah, yaitu dengan BELAJAR DAN BERMAIN MELALUI PERAN SEBAGAI PENYAJI MAKANAN YANG SEDAP.  Materi yang diberikan sambil bermain, agar semua panca indera dan anggota tubuh anak akan terlibat. Sehingga ketika materi diulang kembali anak-anak tidak hanya mengandalkan otak saja untuk mengingat materi sebelumnya. Namun semua panca indera dan anggota tubuh yang terlibat saat materi diberikan seakan menjadi pembantu otak dalam menyegarkan ingatan.

Dengan peran orangtua yang turut terlibat dalam pembelajaran ini, maka anak membawa perlengkapan belajar yang dibutuhkan, seperti: telur mata sapi, sosis berbentuk lingkaran kecil dan persegi panjang, irisan tomat berbentuk setengah lingkaran, mie goreng yang sudah dimasak, piring plastik, celemek, 2 buah sumpit, serbet dan plastik sampah.

Anak diarahkan untuk mulai mengerjakan tugas yang diberikan secara rinci dan runtut: pertama siapkan perlengkapan yang dibutuhkan di atas meja masing-masing kelompok, kemudian kenakan celemek agar tidak mengotori pakaian yang digunakan, cuci tangan sebelum melakukan praktek, siapkan piring plastik. Secara perlahan anak diberikan bimbingan tentang disiplin dan kebersihan.

Anak mulai belajar dan bermain, dengan meletakkan di atas piring plastik tersebut telur mata sapi dengan menggunakan sumpit dan dibantu oleh teman satu kelompok, dilanjutkan dengan meletakkan dua potong sosis berbentuk lingkaran sebagai mata, kemudian irisan tomat yang berbentuk setengah lingkaran letakkan pada bagian kiri dan kanan telur mata sapi tersebut sebagai telinga.

Selanjutnya anak diarahkan menempatkan potongan sosis yang berbentuk persegi sebagai hidung dan irisan tomat setengah lingkaran yang telah dibuang isinya sebagai mulut. Untuk rambutnya menggunakan mie goreng yang diletakkan pada bagian atas telur tadi. Pekerjaan dilakukan secara bersama-sama, saling membantu. Apabila sudah selesai, maka mencuci tangan dan bersihkan tempat dengan membuang sampah pada tempat yang disediakan dengan terlebih dahulu memasukan pada kantong plastik yang telah disiapkan.

Dari pembelajaran tersebut banyak karakter dan kompetensi yang akan dicapai oleh seorang anak, diantaranya; rasa ingin tahu, keberaniaan mencoba, taat pada peraturan, kerjasama, tertib dan selalu menjaga kebersihan, serta
dapat memahami tentang bangun datar dari pembelajaran matematika tersebut.

BELAJAR SAMBIL BERMAIN menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tentu saja mereka tidak terbebani karena pembelajaran jadi hal yang menyenangkan bagi mereka. Efek jangka panjangnya anak-anak akan menjadi pembelajar yang baik. Kompetensi akan mudah dicapai ketika otak tidak merasa terpaksa.

BELAJAR SAMBIL BERMAIN mampu mengasah disiplin, tanggung jawab, sportifitas, kepemimpinan, percaya diri dan keuletan serta menghargai proses pada anak-anak. Serta banyak karakter lain yang dapat dicapai. Jadi selain sisi akademisnya tercapai karakter-karakter anak mampu dibangun dengan baik. Hal ini akan menjadi bekal bagi masa depan anak. Banyak sudah orang-orang yang unggul karena karakter positif mereka, bukan unggul karena kecerdasan semata.

 
Ditulis oleh: Agus Bandriyati – Guru SD Islam At-Taubah, Pulomas, Jakarta Timur.